Memahami 10 Istilah Penting Dalam Kepengurusan Organisasi NU

Memahami 10 Istilah Penting Dalam Kepengurusan Organisasi NU



Memahami 10 Istilah Penting Dalam Kepengurusan Organisasi NU -Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dalam berkontribusi pada pengembangan masyarakat dan pendidikan Islam. 

Dalam perjalanan sejarahnya, terdapat beberapa istilah penting yang sering digunakan dalam kegiatan organisasi ini. Untuk memahami lebih dalam tentang NU, kita harus mengetahui istilah-istilah yang berkaitan erat dengan struktur, nilai, dan peran organisasi ini. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai tujuh istilah yang penting dalam Kepengurusan organisasi NU.


Memahami 10 Istilah Penting Dalam Kepengurusan Organisasi NU

Sebagai anggota, kader ataupun masyarakat non-struktural Nahdlatul Ulama (NU) kerap kali mendengar istilah-istilah tidak asing yang disampaikan oleh tokoh NU baik dalam pengajian atau forum. Dalam benak kepala kadang bertanya-tanya apa arti dari istilah-istilah yang diungkapkan itu. Nah, dengan membaca tulisan ini harapannya bisa meringankan beban pikiran panjenengan.

1. Mustasyar

Setiap organisasi kemasyarakatan selalu mempunyai lembaga penasihat. Lembaga itu di dalam NU dinamakan Mustasyar. Dalam pasal 14 ayat 2 Anggaran Dasar NU dijelasakan bahwa mustasyar adalah penasihat yang terdapat pada Pengurus Besar (PB), Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Cabang (PC)/Pengurus Cabang Istimewa, Majelis Wakil Cabang (MWC) dan Pengurus Ranting (PR).

Mustasyar diisi oleh beberapa orang kiai sepuh yang diberi kewenangan untuk memberikan masukan dan nasihat-nasihat kepada pengurus NU saat diperlukan.

2. Syuriah

Dalam pasal 14 ayat 3 Anggaran Dasar NU dijelaskan bahwa syuriah adalah pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama. Jabatan di dalam pengurus harian syuriah untuk Pengurus Besar terdiri dari Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam, beberapa Rais, Katib ‘Aam, beberapa Katib dan A’wan.

Sedangkan untuk tingkat Wilayah, Cabang, Majelis Wakil Cabang dan Ranting adalah Rais, beberapa Wakil Rais, Katib, beberapa Wakil Katib dan beberapa A’wan.

Kemudian pada pasal 18 Anggaran Dasar NU menjelaskan bahwa syuriah bertugas dan berwenang membina dan mengawasi pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi sesuai tingkatannya.

3. Rais Aam

Rais Aam merupakan jabatan tertinggi dalam struktur kepengurusan syuriah NU. Semasa kepemimpinan KH Hasyim Asy’ari, jabatan ini bernama Rais Akbar.

4. Katib

Katib adalah sebutan untuk pengurus syuriah yang menangani administrasi. Tidak jauh beda dengan jabatan sekretasris di jajaran tanfidziyah. Katib berasal dari Bahasa Arab yang artinya sekretaris atau penulis.

5. A’wan

A’wan merupakan sebutan untuk anggota Syuriah NU di semua jenjang kepengurusan. A’wan berasal dari Bahasa Arab yang artinya anggota.

6. Tanfidziyah

Tanfidziyah adalah pelaksana kebijakan syuriah atau pelaksana keputusan-keputusan organisasi NU. Sama seperti mustayasr dan syuriah. Tanfidziyah juga tersebar di seluruh tingkatan NU, dari Pengurus Besar hingga Pengurus Ranting.

7. Badan Otonom

Badan Otonom disingkat Banom, adalah perangkat organisasi yang berfungsi melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.

Banom mempunyai anggota, mempunyai pengurus dari pusat sampai ke daerah, mempunyai peraturan rumah tangga (PRT) sendiri dan juga mempunyai sistem permusywaratam organisasi sendiri, seperti kongres, mukernas, konferensi dan lain sebagainya.

Sebagai anggota, kader ataupun masyarakat non-struktural Nahdlatul Ulama (NU) kerap kali mendengar istilah-istilah tidak asing yang disampaikan oleh tokoh NU baik dalam pengajian atau forum. Dalam benak kepala kadang bertanya-tanya apa arti dari istilah-istilah yang diungkapkan itu. Nah, dengan membaca tulisan ini harapannya bisa meringankan beban pikiran panjenengan.

1. Mustasyar

Setiap organisasi kemasyarakatan selalu mempunyai lembaga penasihat. Lembaga itu di dalam NU dinamakan Mustasyar. Dalam pasal 14 ayat 2 Anggaran Dasar NU dijelasakan bahwa mustasyar adalah penasihat yang terdapat pada Pengurus Besar (PB), Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Cabang (PC)/Pengurus Cabang Istimewa, Majelis Wakil Cabang (MWC) dan Pengurus Ranting (PR).

Mustasyar diisi oleh beberapa orang kiai sepuh yang diberi kewenangan untuk memberikan masukan dan nasihat-nasihat kepada pengurus NU saat diperlukan.

2. Syuriah

Dalam pasal 14 ayat 3 Anggaran Dasar NU dijelaskan bahwa syuriah adalah pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama. Jabatan di dalam pengurus harian syuriah untuk Pengurus Besar terdiri dari Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam, beberapa Rais, Katib ‘Aam, beberapa Katib dan A’wan.

Sedangkan untuk tingkat Wilayah, Cabang, Majelis Wakil Cabang dan Ranting adalah Rais, beberapa Wakil Rais, Katib, beberapa Wakil Katib dan beberapa A’wan.

Kemudian pada pasal 18 Anggaran Dasar NU menjelaskan bahwa syuriah bertugas dan berwenang membina dan mengawasi pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi sesuai tingkatannya.

3. Rais Aam

Rais Aam merupakan jabatan tertinggi dalam struktur kepengurusan syuriah NU. Semasa kepemimpinan KH Hasyim Asy’ari, jabatan ini bernama Rais Akbar.

4. Katib

Katib adalah sebutan untuk pengurus syuriah yang menangani administrasi. Tidak jauh beda dengan jabatan sekretasris di jajaran tanfidziyah. Katib berasal dari Bahasa Arab yang artinya sekretaris atau penulis.

5. A’wan

A’wan merupakan sebutan untuk anggota Syuriah NU di semua jenjang kepengurusan. A’wan berasal dari Bahasa Arab yang artinya anggota.

6. Tanfidziyah

Tanfidziyah adalah pelaksana kebijakan syuriah atau pelaksana keputusan-keputusan organisasi NU. Sama seperti mustayasr dan syuriah. Tanfidziyah juga tersebar di seluruh tingkatan NU, dari Pengurus Besar hingga Pengurus Ranting.

7. Badan Otonom

Badan Otonom disingkat Banom, adalah perangkat organisasi yang berfungsi melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.

Banom mempunyai anggota, mempunyai pengurus dari pusat sampai ke daerah, mempunyai peraturan rumah tangga (PRT) sendiri dan juga mempunyai sistem permusywaratam organisasi sendiri, seperti kongres, mukernas, konferensi dan lain sebagainya.

8 Madrasah

Madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang didirikan oleh NU untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat. NU memiliki jaringan madrasah yang tersebar di seluruh Indonesia, dan lembaga ini berfungsi sebagai salah satu pilar utama dalam mendidik generasi muda tentang nilai-nilai keislaman. Kurikulum madrasah yang diterapkan oleh NU menggabungkan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum.

9. Pesantren

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari NU. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat pendidikan agama, tetapi juga sebagai pusat pengembangan sosial dan budaya. Dalam pesantren, santri tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga dilatih untuk menjadi individu yang mandiri dan memiliki keterampilan sosial yang baik. Pesantren yang didirikan oleh NU memiliki ciri khas tersendiri dengan tetap menjaga tradisi keilmuan salafiyah.

10. Muktamar

Muktamar adalah forum tertinggi dalam organisasi NU yang diadakan secara berkala untuk menentukan arah kebijakan organisasi. Dalam Muktamar, para anggota NU dari berbagai daerah berkumpul untuk membahas berbagai isu penting, mulai dari kebijakan keagamaan hingga masalah sosial yang sedang dihadapi bangsa. Muktamar juga menjadi ajang pemilihan pimpinan NU dan penetapan program kerja yang akan dijalankan dalam beberapa tahun ke depan.

Kesimpulan

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki struktur yang kompleks dan istilah-istilah yang memiliki makna penting dalam menjalankan aktivitasnya. Memahami istilah-istilah seperti Syuriah, Tanfidziyah, Ahlussunnah Wal Jamaah, Bahtsul Masail, Madrasah, Pesantren, dan Muktamar akan membantu kita lebih memahami peran NU dalam kehidupan keagamaan dan sosial di Indonesia.

Posting Komentar untuk "Memahami 10 Istilah Penting Dalam Kepengurusan Organisasi NU"